Sunday, May 12, 2013

Bedah - Colles Fracture




  REFERAT BEDAH    

Fraktur colles

Diajukan untuk memenuhi syarat Kepaniteran Klinik Senior SMF Ilmu Penyakit BEDAH RSUD Embung Fatimah


Disusun Oleh :

Silvia Christiani
 (07310258)


Pembimbing :
Dr. H. Asmoji, Sp. B, FINACS


FAKULTAS KEDOKTERAN 
SMF ILMU  PENYAKIT BEDAH
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
RSUD EMBUNG FATIMAH  BATAM
2012

KATA PENGANTAR


Puji syukur penyusun berikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas penyertaan-Nya referat ini dapat diselesaikan dengan baik. 
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dr. H. Asmoji, Sp. B, FINACS yang telah memberikan bimbingan kepada penyusun di SMF Ilmu Penyakit Bedah. 
Referat ini bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan pembaca tentang “ Fraktur Colles ”. Penyusun menyadari referat ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar ke depannya penyusun dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan tersebut.

Batam, 21 September 2012

Penyusun
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR         
DAFTAR ISI                       
BAB I PENDAHULUAN   
1.1  Latar belakang    
1.2  Rumusan masalah
1.3 Tujuan penulisan
 1.4 Metode Penulisan
 BAB II PEMBAHASAN     
II.1 Anatomi                         
II.2 Definisi                           
II.3 Epidemiologi                  
II.4 Etiologi                           
II.5 Patofisiologi                   
II.6 Manifestasi Klinik                   
II.7 Diagnosa                        
II.8 Diagnosa banding          
II.9 Penatalaksanaan           
II.10 Prognosa                       
II.11 Komplikasi                   
BAB III KESIMPULAN     
III.1 Kesimpulan                   
III.2 Saran                             
DAFTAR PUSTAKA          
BAB I

PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang  

Manusia memiliki empat ekstrimitas, yang terdiri dari 2 ektrimitas atas yaitu tangan dan 2 ekstrimitas bawah yaitu kaki. Ekstrimitas ini berfungsi sebagai alat gerak tubuh manusia.

Mobilitas di bidang transportasi semakin maju belakangan ini namun sifat lalai manusia masih saja ada. Hal inilah yang menyebabkan banyak sekali kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur. Penyebab lainnya adalah kecelakaan kerja, olahraga maupun rumah tangga. Fraktur dapat terjadi pada orang dewasa atau pun anak – anak.

Patah tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya disebabkan gaya tekan sewaktu jatuh, terutama pada posisi tangan hiperekstensi. Hal ini disebabkan karena gaya refleks tangan yang menahan tubuh ketika jatuh.

1.2  Rumusan masalah        
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui anatomi, definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis,diagnosis banding, penatalaksanaan dan prognosis , komplikasi fraktus colles

1.3 Tujuan penulisan           

  • Memahami anatomi, definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis,diagnosis banding, penatalaksanaan dan prognosis , komplikasi fraktus colles
  • Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
  • Memenuhi salah satu persayaratan kelulusan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati di RSUD Embung Fatimah.

I.4   Metode Penulisan

Referat ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu kepada beberapa literatur.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Anatomi
 


Radius adalah tulang di sisi lateral antebrachii.
Articulatio yang terdapat pada os radius :
v  Articulatio humeroradialis yaitu articulation antara capitulum humeri os humerus dengan fovea articularis os radii.
v  Articulatio radioulnaris proximal yaitu articulation antara incisura radialis os  ulna dengan circumferential articularis caput radii os radii.. Diperkuat oleh ligamentum anulare radii.
v  Articulatio radioulnaris distal yaitu antara incisura ulnaris os radii dengan caput ulna os ulna. Diperkuat oleh ligamentum radioulnare.
v  Articulatio radiocarpalis yaitu antara facies articularis carpalis os radii dengan facies articularis os scaphoideum et os lunatum.
Os ulna dan os radius dihubungkan oleh articulatio radioulnar yang diperkuat oleh ligamentum anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat . Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.

Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.
Otot – otot  yang terdapat pada antebrachii ventral superficial: m. Pronator Teres , m. Flexor Carpi Radialis, m. Palmaris Longus, m. Flexor Digitorum Superficil, m. Flexor Carpi Ulnaris.
Otot – otot  yang terdapat pada antebrachii ventral profunda: m. Flexor Digitorum Profunda, m. flexor Pollicis Longus, m. Pronator Quadratus.
Otot – otot  yang terdapat pada antebrachii lateral: m. Brachioradialis, m. Extensor Carpi Radialis Longus, m. Extensor Carpi Radialis Brevis.
Otot – otot  yang terdapat pada antebrachii dorsal superficial : m. ektensor digitorum, m. Extensor Digiti minimi, m. Ektensor Carpi Ulnaris
Otot – otot  yang terdapat pada antebrachii dorsal profunda: m. supinator, m. Ektensor Pollicis Longus, m. Ektensor Indicis, m. Abductor Pollicis Longus, m. Ektensor pollicis Brevis.
Dari semua otot di antebrachii, otot yang berorigo pada os radii : m. Flexor Digitorum Superficial, m. Flexor Pollicis Longus, m. Abduktor Pollicis Longus, m. Extensor Pollicis Brevis.
Dari semua otot di antebrachii, otot yang berinsersi pada os radii : m. Pronator Teres, m. Pronator Quaratus, m. Brachioradialis, m. Supinator.

II.2 Definisi
        
Menurut Abraham colles 1814,  fraktur colles adalah fraktur metafisis distal radius yang sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur transversal, komplit, jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian distal beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus ulna.

Menurut Mansjoer (2000), fraktur colles adalah fraktur antebrachii yang khas , fraktur metafisis distal radius dengan jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi distal radius, dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal, subluksasi sendi radioulnar distal, avulsi prosesus stiloideus ulna.

KLASIFIKASI MENURUT FRYKMAN

(Frykmann, 1967) Klasifikasi ini berdasarkan biomekanik serta uji klinik, juga memisahkan antara intra dan ekstra artikular serta ada tidaknya fraktur pada ulna distal. Pada klasifikasi ini nomor yang lebih besar menunjukkan fase penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih jelek.

II.3 Epidemiologi
Fraktur colles merupakan kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60% dari fraktus radius. Prevalensi kejadian fraktur colles , umur atas 50 tahun wanita lebih banyak dari pada pria (5:1), sedang umur sebelum  50 tahun wanita sama dengan pria. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 – 59 tahun

II.4 Etiologi
Fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi terkadang dan meyangga badan (Appley, 1995 ; Salter, 1981). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Pada saat terjatuh sebagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan, kemudian diteruskan ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.

II.5 Patofisiologi
Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya. Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan yang mengelilinginya (Long, B.C, 1996).

Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter.

Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleh karena kekuatan cidera dan bisa juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan tulang (Apley, 1995), dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya gesekan antara fragmen tulang yang patah (Long, B.C, 1996).
II.6 Manifestasi Klinik         
Terdapat :
Pembengkakan pada pergelangan tangan jika fraktur berat karena terjadi extra vasasi darah
Nyeri pada pergerakan atau penekanan
Terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan
Deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner fork deformity” (dimana bagian distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol ke arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi)

II.7 Diagnosis
 Diagnosa awal dilakkan dengan anamnesa pasien : kronologis kejadian yang terjadi pada pasien, tempat jatuh, penyebab jatuh, posisi jatuh, yang dirasakan pasien setelah jatuh.

Pada pemeriksaan fisis, terlihat jelas adanya :
Ø  Pembengkakan pada pergelangan tangan jika fraktur berat karena terjadi extra vasasi darah
Ø  Nyeri pada pergerakan atau penekanan
Ø  Terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan
Ø  Deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner fork deformity” (dimana bagian distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol ke arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi)

Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah :
1. Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius. Contoh:
Ø  Pemeriksaan roentgen (Anterior Posterior & Lateral)
Ø  Arteriogram
Ø  Scan CT/MRI
2. Pemeriksaan laboratorium (jika fraktur terbuka dan memerlukan tindakan operasi) :
Ø  Hitung darah lengkap
Ø  golongan darah
Ø  CT
Ø  BT
Ø  Kreatinin
 
Pada pemeriksaan foto polos daerah fraktur, dapat dilihat karakteristik gambaran patahan fraktur ini, yaitu:
  • Garis patahan yang transversal, 2 cm distal dari radius
  • Prosesus styloid ulnaris biasanya avulsi
  • Biasanya hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan tertentu dapat terjadi banyak patahan yang dinamakan kominutif

Dapat dilihat ada dua tipe fraktur ini, yaitu :
  • Stabil, yang ditandai dengan hanya terdapat 1 garis patahan transversal
  • Tidak stabil, terdapat banyak garis patahan (kominutif) dan “crushing” dari tulang cancellous
II.8 Diagnosa banding
1. fraktur pergelangan tangan : fraktur Smith, fraktur Geleazzi
2. Dislokasi sendi Wrist

II.9 Penatalaksanaan
Pada jenis fraktur yang undisplaced, dapat dilakukan imobilisasi dengan menggunakan ”below-elbow cast”  (pemasangan gips sirkular di bawah siku) selama 4 minggu Pengawasan pasca pemasangan gips dan komplikasi pemasangannya. Latihan isometrik segera dilakukan dan oposisi jari. Mengganti gips bila pembengkakan pergelangan tangan telah mereda, biasanya setelah satu minggu, dan mengganti dengan forearm splint bila telah clinical union.
Pada jenis fraktur yang displaced :
v  Dilakukan reduksi tertutup
Prinsip
Reposisi seanatomis mungkin, pertahankan hasil reposisi dan cegah komplikasi karena reposisi yang anatomis akan memberikan fungsi yang baik. Reposisi dapat dilakukan dalam anestesi lokal, regional blok atau anestesi umum.
Teknik reposisi
Segera dilakukan sebelum adanya edema. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk mengoreksi supinasi).  dilakukan selama 2-5 menit. Fungsi yang baik tercapai jika post reposisi angulasi dorsal  < 150pemendekan radius < 3mm. Perawatan Pasca reduksi tertutup : imobilisasi dengan forearm splint selama 3 minggu.
v  Imobilisasi, dapat dengan cara :
      • Plaster cast, selama 3 minggu
      • Three quarter slab
      • External fixation, yang dapat digunakan pada fraktur yang sangat tidak stabil dan pada orang berusia lebih dari 60 tahun
Metode Imobilisasi
  • Konservatif dengan gip atau lungtional brace.
  • Operatif dengan fiksator
  • Posisi pergelangan tangan
  • Posisi palmar fleksl 15° dan ulnar deviasi 20′
  • Posisi lengan bawah
  • Posisi pronasi (klasik)
  • Posisi supinasi
Lama imobilisasi
Lamanya pemasangan gip bervariasi 3-6 minggu. Setelah 28 hari fraktur sudah cukup stabil dan boleh mobilisasi. Pada kasus yang minimal displacement imobilisasi cukup 3-4 minggu.

Fisioterapi
Dimaksudkan agar fungsi tangan kembali normal karena penderita diharapkan bekerja biasa setelah 3-4 bulan fraktur.

Indikasi Operasi
  • Kominusi dorsal > 50% dari dorsal ke palmar distance
  • Kominusi metafiseal Palmar
  • Initial dorsal tilt > 20°
  • Pergeseran initial (fragment translation) > 1 cm
  • Pemendekan Initial > 5 mm
  • Disrupsi Intra-artikuler
  • Disertai Fraktur ulna
  • Osteoporosis massif   
II.10 Prognosis
Bila fraktur colles menurut klasifikasi Frykman, nomor yang lebih besar menunjukkan fase penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih jelek.

II.11 Komplikasi
Umumnya akan selalu ada komplikasi, komplikasi yang mungkin terjadi pada fraktur colles:
1. Dini
  • Kompresi/trauma a. ulnaris dan medianus
  • Kerusakan tendon
  • Edema post reposisi
  • Redislokasi
2. Lanjut
  • Arthrodosis dan nyeri kronis
  • Shoulder hand syndrome
  • Defek kosmetik (penonjolan styloideus radii)
  • Malunion/ non union
  • Stiff hand
  • Volksman ischemic contraktur
  • Suddeck atropi
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

III. 1 Kesimpulan
Fraktur colles adalah fraktur metafisis distal radius yang sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur transversal, komplit, jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian distal beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus ulna.
Fraktur colles disebabkan biasanya pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi).
Manifestasi klinik Fraktur colles terdapat : pembengkakan pada pergelangan tangan, nyeri pada pergerakan atau penekanan, terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan, deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner fork deformity”.
Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah : pemeriksaan roentgen, Arteriogram, Scan CT/MRI dn pemeriksaan laboratorium : hitung darah lengkap, golongan darah, CT, BT, Kreatinin.

Penatalaksanaan Fraktur colles : pada jenis fraktur yang undisplaced, dapat dilakukan imobilisasi dengan menggunakan ”below-elbow cast”. Pada jenis fraktur yang displaced : dilakukan reduksi tertutup, imobilisasi, atau operasi.

III. 2 Saran
Setelah kejadian, pasien langsung dibawa ke rumah sakit dan ditangani oleh dr. Sp. B. OT. dan pasien mengikuti terapi sesuai anjuran dr. Sp. B. OT, maka komplikasi fraktur colles akan minimal dan dapat sembuh total.


DAFTAR PUSTAKA
Delores C. Schoen. 2011. Adult Orthopaedic  Nursing. USA:  Lippincott Williams & Wilkins
John Ebnezar. Text Book of Orthopedics. 4th  Editotion. Jaypee.
Long, B.C. . 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi 7. Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran : Bandung
Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Media Aeculapius : Jakarta
Price, Sylvia. 1990. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit. EGC : Jakarta
Stanley hoppenfeld. 2000. Treatment and rehabilitation of Fracture. USA:  Lippincott Williams & Wilkins

No comments:

Ingat :

Dilarang meniru tanpa ijin. :)