REFERAT BEDAH
Fraktur colles
Diajukan untuk memenuhi syarat Kepaniteran
Klinik Senior SMF Ilmu Penyakit BEDAH RSUD Embung Fatimah
Disusun
Oleh :
Silvia Christiani
(07310258)
Pembimbing :
Dr. H. Asmoji, Sp. B, FINACS
FAKULTAS KEDOKTERAN
SMF ILMU PENYAKIT BEDAH
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
RSUD EMBUNG FATIMAH BATAM
2012
Puji syukur penyusun berikan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas penyertaan-Nya referat ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada
Dr. H. Asmoji, Sp. B, FINACS
yang telah memberikan bimbingan kepada penyusun di
SMF Ilmu Penyakit Bedah.
Referat ini bertujuan untuk
menambah ilmu pengetahuan pembaca tentang “ Fraktur Colles ”. Penyusun
menyadari referat ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar ke depannya
penyusun dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan tersebut.
Batam,
21 September 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
1.2 Rumusan
masalah
1.3 Tujuan penulisan
1.4 Metode Penulisan
BAB
II PEMBAHASAN
II.1 Anatomi
II.2 Definisi
II.3 Epidemiologi
II.4 Etiologi
II.5 Patofisiologi
II.6 Manifestasi Klinik
II.7 Diagnosa
II.8 Diagnosa banding
II.9 Penatalaksanaan
II.10 Prognosa
II.11 Komplikasi
BAB
III KESIMPULAN
III.1
Kesimpulan
III.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manusia
memiliki empat ekstrimitas, yang terdiri dari 2 ektrimitas atas yaitu tangan
dan 2 ekstrimitas bawah yaitu kaki. Ekstrimitas ini berfungsi sebagai alat
gerak tubuh manusia.
Mobilitas
di bidang transportasi semakin maju belakangan ini namun sifat lalai manusia
masih saja ada. Hal inilah yang menyebabkan banyak sekali kecelakaan yang dapat
menyebabkan fraktur. Penyebab lainnya adalah kecelakaan kerja, olahraga maupun
rumah tangga. Fraktur dapat terjadi pada orang dewasa atau pun anak – anak.
Patah
tulang antebrachii sering terjadi pada bagian distal yang umumnya disebabkan
gaya tekan sewaktu jatuh, terutama pada posisi tangan hiperekstensi. Hal ini
disebabkan karena gaya refleks tangan yang menahan tubuh ketika jatuh.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui anatomi,
definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis,diagnosis
banding, penatalaksanaan dan prognosis , komplikasi fraktus colles
1.3 Tujuan penulisan
- Memahami anatomi, definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, diagnosis,diagnosis banding, penatalaksanaan dan prognosis , komplikasi fraktus colles
- Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
- Memenuhi salah satu persayaratan kelulusan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati di RSUD Embung Fatimah.
I.4 Metode
Penulisan
Referat
ini menggunakan metode tinjauan kepustakaan dengan mengacu kepada beberapa
literatur.
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1
Anatomi
Radius adalah tulang di sisi lateral
antebrachii.
Articulatio yang terdapat pada os
radius :
v Articulatio humeroradialis yaitu
articulation antara capitulum humeri os humerus dengan fovea articularis os
radii.
v Articulatio radioulnaris proximal
yaitu articulation antara incisura radialis os
ulna dengan circumferential articularis caput radii os radii.. Diperkuat
oleh ligamentum anulare radii.
v Articulatio radioulnaris distal
yaitu antara incisura ulnaris os radii dengan caput ulna os ulna. Diperkuat
oleh ligamentum radioulnare.
v Articulatio radiocarpalis yaitu
antara facies articularis carpalis os radii dengan facies articularis os
scaphoideum et os lunatum.
Os ulna dan os radius dihubungkan
oleh articulatio radioulnar yang diperkuat oleh ligamentum anulare yang
melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat
oleh ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes
interosea memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu
kesatuan yang kuat . Oleh karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang
agak jarang terjadi atau bila patahnya hanya mengenai satu tulang, hampir
selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah tersebut.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.
Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator, m.pronator teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.
Otot – otot yang terdapat pada antebrachii ventral
superficial: m. Pronator Teres , m. Flexor Carpi Radialis, m. Palmaris Longus, m.
Flexor Digitorum Superficil, m. Flexor Carpi Ulnaris.
Otot – otot yang terdapat pada antebrachii ventral
profunda: m. Flexor Digitorum Profunda, m. flexor Pollicis Longus, m. Pronator
Quadratus.
Otot – otot yang terdapat pada antebrachii lateral: m.
Brachioradialis, m. Extensor Carpi Radialis Longus, m. Extensor Carpi Radialis
Brevis.
Otot – otot yang terdapat pada antebrachii dorsal
superficial : m. ektensor digitorum, m. Extensor Digiti minimi, m. Ektensor
Carpi Ulnaris
Otot – otot yang terdapat pada antebrachii dorsal
profunda: m. supinator, m. Ektensor Pollicis Longus, m. Ektensor Indicis, m.
Abductor Pollicis Longus, m. Ektensor pollicis Brevis.
Dari semua otot di antebrachii, otot
yang berorigo pada os radii : m. Flexor Digitorum Superficial, m. Flexor
Pollicis Longus, m. Abduktor Pollicis Longus, m. Extensor Pollicis Brevis.
Dari semua otot di antebrachii, otot
yang berinsersi pada os radii : m. Pronator Teres, m. Pronator Quaratus, m.
Brachioradialis, m. Supinator.
II.2 Definisi
Menurut Abraham colles 1814, fraktur colles adalah fraktur metafisis
distal radius yang sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur transversal,
komplit, jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian distal beranjak ke dorsal
dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus ulna.
Menurut Mansjoer (2000), fraktur colles adalah fraktur
antebrachii yang khas , fraktur metafisis distal radius dengan jarak _+ 2,5 cm
dari permukaan sendi distal radius, dislokasi fragmen distalnya ke arah
posterior/dorsal, subluksasi sendi radioulnar distal, avulsi prosesus
stiloideus ulna.
KLASIFIKASI
MENURUT FRYKMAN
(Frykmann, 1967) Klasifikasi ini berdasarkan biomekanik serta uji klinik, juga memisahkan antara intra dan ekstra artikular serta ada tidaknya fraktur pada ulna distal. Pada klasifikasi ini nomor yang lebih besar menunjukkan fase penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih jelek.
II.3 Epidemiologi
Fraktur colles merupakan kira-kira
8-15% dari seluruh fraktur dan 60% dari fraktus radius. Prevalensi kejadian
fraktur colles , umur atas 50 tahun wanita lebih banyak dari pada pria (5:1),
sedang umur sebelum 50 tahun wanita sama
dengan pria. Sisi
kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%.
Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 – 59 tahun
II.4
Etiologi
Fraktur
Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi terkadang
dan meyangga badan (Appley, 1995 ; Salter, 1981). Pasien
terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan
berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah
berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Pada saat terjatuh sebagian energi
yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan, kemudian
diteruskan ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah
yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.
II.5 Patofisiologi
Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang
berlebihan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba
dan berlebihan tersebut mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan
yang mengenainya. Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami
fraktur akan terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur
jaringan lunak dan jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh
darah dan persyarafan yang mengelilinginya (Long, B.C, 1996).
Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari
sisi yang berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah
didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur yang
tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter.
Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleh karena kekuatan cidera dan bisa juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan tulang (Apley, 1995), dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya gesekan antara fragmen tulang yang patah (Long, B.C, 1996).
II.6 Manifestasi Klinik
Terdapat :
Pembengkakan
pada pergelangan tangan jika fraktur berat karena terjadi extra vasasi darah
Nyeri pada
pergerakan atau penekanan
Terbatasnya
gerakan sendi pergelangan tangan
Deformitas
yang menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner fork deformity” (dimana bagian distal fragmen fraktur
beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol ke arah volar,
sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi)
II.7 Diagnosis
Diagnosa awal dilakkan dengan
anamnesa pasien : kronologis kejadian yang terjadi pada pasien, tempat jatuh,
penyebab jatuh, posisi jatuh, yang dirasakan pasien setelah jatuh.
Pada
pemeriksaan fisis, terlihat jelas adanya :
Ø
Pembengkakan
pada pergelangan tangan jika fraktur berat karena terjadi extra vasasi darah
Ø
Nyeri
pada pergerakan atau penekanan
Ø
Terbatasnya
gerakan sendi pergelangan tangan
Ø
Deformitas
yang menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner fork deformity” (dimana bagian distal fragmen fraktur
beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol ke arah volar,
sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi)
Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah :
1. Pemeriksaan
radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan
antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius. Contoh:
Ø
Pemeriksaan roentgen (Anterior
Posterior & Lateral)
Ø
Arteriogram
Ø
Scan CT/MRI
2. Pemeriksaan
laboratorium (jika fraktur terbuka dan memerlukan tindakan operasi) :
Ø
Hitung darah lengkap
Ø
golongan darah
Ø
CT
Ø
BT
Ø
Kreatinin
Pada pemeriksaan foto polos daerah
fraktur, dapat dilihat karakteristik gambaran patahan fraktur ini, yaitu:
- Garis patahan yang transversal, 2 cm distal dari radius
- Prosesus styloid ulnaris biasanya avulsi
- Biasanya hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan tertentu dapat terjadi banyak patahan yang dinamakan kominutif
- Stabil, yang ditandai dengan hanya terdapat 1 garis patahan transversal
- Tidak stabil, terdapat banyak garis patahan (kominutif) dan “crushing” dari tulang cancellous
II.8
Diagnosa banding
1. fraktur pergelangan tangan : fraktur Smith, fraktur
Geleazzi
2. Dislokasi
sendi Wrist
II.9
Penatalaksanaan
Pada jenis fraktur yang undisplaced,
dapat dilakukan imobilisasi dengan menggunakan ”below-elbow cast” (pemasangan gips sirkular di bawah
siku) selama 4 minggu Pengawasan
pasca pemasangan gips dan komplikasi pemasangannya. Latihan isometrik segera
dilakukan dan oposisi jari. Mengganti gips bila pembengkakan pergelangan tangan
telah mereda, biasanya setelah satu minggu, dan mengganti dengan forearm splint
bila telah clinical union.
Pada
jenis fraktur yang displaced :
v Dilakukan
reduksi tertutup
Prinsip
Reposisi seanatomis mungkin, pertahankan hasil
reposisi dan cegah komplikasi karena reposisi yang anatomis akan memberikan
fungsi yang baik. Reposisi dapat dilakukan dalam anestesi lokal, regional blok
atau anestesi umum.
Teknik reposisi
Segera dilakukan sebelum adanya edema. Dilakukan
dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi
ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk
mengoreksi supinasi). dilakukan selama
2-5 menit. Fungsi yang baik tercapai jika post reposisi angulasi dorsal
< 150pemendekan radius < 3mm. Perawatan Pasca reduksi tertutup
: imobilisasi dengan forearm splint selama 3 minggu.
v
Imobilisasi, dapat
dengan cara :
- Plaster cast, selama 3 minggu
- Three quarter slab
- External fixation, yang dapat digunakan pada fraktur yang sangat tidak stabil dan pada orang berusia lebih dari 60 tahun
Metode Imobilisasi
- Konservatif dengan gip atau lungtional brace.
- Operatif dengan fiksator
- Posisi pergelangan tangan
- Posisi palmar fleksl 15° dan ulnar deviasi 20′
- Posisi lengan bawah
- Posisi pronasi (klasik)
- Posisi supinasi
Lama imobilisasi
Lamanya pemasangan gip bervariasi 3-6 minggu. Setelah
28 hari fraktur sudah cukup stabil dan boleh mobilisasi. Pada kasus yang
minimal displacement imobilisasi cukup 3-4 minggu.
Fisioterapi
Dimaksudkan agar fungsi tangan kembali normal karena
penderita diharapkan bekerja biasa setelah 3-4 bulan fraktur.
Indikasi Operasi
- Kominusi dorsal > 50% dari dorsal ke palmar distance
- Kominusi metafiseal Palmar
- Initial dorsal tilt > 20°
- Pergeseran initial (fragment translation) > 1 cm
- Pemendekan Initial > 5 mm
- Disrupsi Intra-artikuler
- Disertai Fraktur ulna
- Osteoporosis massif
II.10 Prognosis
Bila
fraktur colles menurut klasifikasi Frykman, nomor yang lebih besar menunjukkan
fase penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih jelek.
II.11 Komplikasi
Umumnya akan selalu ada komplikasi, komplikasi yang
mungkin terjadi pada fraktur colles:
1. Dini
- Kompresi/trauma a. ulnaris dan medianus
- Kerusakan tendon
- Edema post reposisi
- Redislokasi
2. Lanjut
- Arthrodosis dan nyeri kronis
- Shoulder hand syndrome
- Defek kosmetik (penonjolan styloideus radii)
- Malunion/ non union
- Stiff hand
- Volksman ischemic contraktur
- Suddeck atropi
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
III. 1 Kesimpulan
Fraktur colles adalah fraktur
metafisis distal radius yang sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur
transversal, komplit, jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian distal
beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus
styloideus ulna.
Fraktur colles disebabkan biasanya pasien
terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan
berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah
berputar keluar (eksorotasi/supinasi).
Manifestasi klinik Fraktur colles terdapat
: pembengkakan pada pergelangan tangan, nyeri pada pergerakan atau penekanan, terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan, deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai
“dinner fork deformity”.
Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah :
pemeriksaan roentgen, Arteriogram, Scan CT/MRI dn pemeriksaan laboratorium : hitung
darah lengkap, golongan darah, CT, BT, Kreatinin.
Penatalaksanaan Fraktur colles : pada
jenis fraktur yang undisplaced, dapat dilakukan imobilisasi dengan
menggunakan ”below-elbow cast”. Pada jenis fraktur yang displaced : dilakukan
reduksi tertutup, imobilisasi, atau
operasi.
III. 2 Saran
Setelah kejadian, pasien langsung dibawa ke rumah sakit dan
ditangani oleh dr. Sp. B. OT. dan pasien mengikuti terapi sesuai anjuran dr.
Sp. B. OT, maka komplikasi fraktur colles akan minimal dan dapat sembuh total.
DAFTAR
PUSTAKA
Delores
C. Schoen. 2011. Adult Orthopaedic
Nursing. USA: Lippincott Williams
& Wilkins
John
Ebnezar. Text Book of Orthopedics. 4th Editotion. Jaypee.
Long,
B.C. . 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi 7. Yayasan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran : Bandung
Mansjoer,
A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Media Aeculapius :
Jakarta
Price,
Sylvia. 1990. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit. EGC : Jakarta
Stanley
hoppenfeld. 2000. Treatment and rehabilitation of Fracture. USA: Lippincott Williams & Wilkins
No comments:
Post a Comment