MIOMA UTERI
DISUSUN OLEH :
SILVIA CHRISTIANI
07310258
PEMBIMBING :
dr. MEMAN WARTIMAN, SP.OG
BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
RSUD EMBUNG FATIMAH BATAM
2012
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
RSUD EMBUNG FATIMAH BATAM
2012
1. Definisi
Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma
uteri, fibroid, ataupun leiomioma. Mioma
uteri adalah tumor jinak miometrium
uterus dengan konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul,
tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.
2.
Epidemiologi
Diperkiraan
insiden mioma uteri sekitar 20-30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma
uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7 % pada semua penderita ginekologi yang
dirawat. Berdasarkan otopsi, Noval menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarce, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35-45 tahun ( < 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause.
Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1x hamil. Statistik menunjukan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara.
Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarce, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35-45 tahun ( < 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause.
Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1x hamil. Statistik menunjukan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan dan nullipara.
3. Etiologi
Sampai
saat ini belum diketahui penyebab pasti uteri dan diduga merupakan penyakit
multifaktorial. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri:
a.
Estrogen
Mioma
uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell
nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya
mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest ( sel muda yang
terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus).
Hormon
estrogen dapat diperoleh melalui penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat
hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan Susuk KB).
Peranan
estrogen didukung dengan adanya kecenderungan dari tumor ini menjadi stabil dan
menyusut setelah menopause dan lebih sering terjadi pada pasien yang nullipara.
b.
Progesteron
Reseptor
progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus menstruasi dan
kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase
dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
Dalam
Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa faktor yang diduga kuat
sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
i.
Umur. Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun.
ii.
Paritas
Lebih
sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative infertile, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah keadaan
ini saling mempengaruhi.
iii.
Faktor Ras dan Genetik
Pada
wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri
lebih tinggi.penelitian Baird di Amerika yang dilakukan terhadap wanita kulit
hitam dan wanita kulit putih menemukan bahwa wanita kulit hitam beresiko 2,9
kali menderita mioma uteri.
iv. Riwayat keluarga ada
yang menderita mioma uteri.
4.
Patologi Anatomi
Gambaran
histopatologi mioma uteri adalah seperti berikut:
Pada
gambaran makroskopik menunjukkan suatu tumor berbatas jelas, bersimpai, pada
penampang menunjukkan massa putih dengan susunan lingkaran-lingkaran konsentrik
di dalamnya. Tumor ini bisa terjadi secara tunggal tetapi kebiasaanya terjadi
secara multipel dan bertaburan pada uterus dengan saiz yang berbeda-beda.
Perubahan-perubahan
sekunder yang terjadi pada mioma uteri adalah:
1.
Atrofi: sesudah kehamilan atau
sesudah menopause
2.
Degenerasi Hialin:
Perubahan
ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan
struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau sebagian
kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari
kelompok lainnya.
3.
Degenerasi Kistik:
Dapat
meliputi daerah kecil maupun luas, di mana sebagian dari mioma menjadi cair,
sehingga terbentuk ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat juga
terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai
limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dengan
kista ovarium atau suatu kehamilan.
4.
Degenerasi membatu (Calcireous Degeneration):
Terutama
terjadi pada wanita berusia lanjut oleh kerana adanya gangguan dalam sirkulasi.
Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi
keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5.
Degenerasi merah (Carneous Degeneration):
Perubahan
ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis terjadinya
diperkirakan kerana suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada
pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah bewarna merah
disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas
apabila pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan,
tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan
6.Degenerasi
lemak
Jarang
terjadi dan merupakan lanjutan degenerasi hialin
5.
Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan
lokasi dan lapisan uterus yang terkena
LokasiCerivical (2,6%), umumnya
tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
Isthmica (7,2%), lebih sering
menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi
paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
Lapisan uterus mioma uteri pada daerah korpus,
sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis yaitu :
Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus
uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang
dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat
berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter.
Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.
Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan
sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai
makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai
massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai
jenis parasitik.
Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma
intraepitelial. Terdapat di dinding uterus di
antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya
akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam
dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk yang
berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada
dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung
kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
Mioma Uteri Submukosa
Berada
di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Mioma submukosa umumnya
dapat diketahui dengan tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret,
dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi
Mioma
submukosa pendikulata adalah jenis mioma sub mukosa yang mempunyai tangkai.
Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim
ke vagina,dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan,yang
mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark pada beberapa kasus penderita akan
mengalami anemia dan sepsis karena proses diatas.
6.
Manifestasi Klinik
a.
Massa di Perut Bawah
b.
Perdarahan Abnormal
Diperkirakan
30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan menstruasi, menoragia atau
menstruasi yang lebih sering. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan
ini, antara lain:
Pengaruh
ovarium sehingga terjadi hyperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium.
Permukaan
endometrium yang lebih luas daripada biasa.
Atrofi
endometrium di atas mioma submukosum.
Terjadi perubahan
struktur vena pada endometrium dan miometrium yang menyebabkan terjadinya
venule ectasia
berkurangnya
angiogenik inhibitory factor atau vasoconstricting factor dan reseptornya pada
mioma uteri
c.
Nyeri Perut
Gejala
nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai dengan nekrosis
setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang akan dilahirkan,
pada pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan
dismenorrhoe. Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi mioma uteri yang
bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan mual dan muntah. Pada mioma
yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan pada urat syaraf
yaitu pleksus uterovaginalis, menjalar ke pinggang dan tungkai bawah (Pradhan,
2006).
d.
Pressure Effects ( Efek Tekenan )
Pembesaran
mioma dapat menyebabkan adanya efek tekanan pada organ-organ di sekitar uterus.
Penekanan pada kandung kencing, pollakisuria dan dysuria. Bila uretra tertekan
bisa menimbulkan retensio urinae. Bila berlarut-larut dapat menyebabkan hydroureteronephrosis.
Tekanan pada rectum tidak begitu besar, kadang-kadang menyebabkan konstipasi
atau nyeri saat defekasi.
e.
Penurunan Kesuburan dan Abortus
Hubungan
antara mioma uteri sebagai penyebab penurunan kesuburan masih belum jelas.
Dilaporkan sebesar 27-40%wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas.
Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan
pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosa dapat memudahkan terjadinya
abortus karena distorsi rongga uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena
adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implasntasi
embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan histologi
endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor (Stoval, 2001).
Apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan dan mioma merupakan
penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan
miomektomi (Strewart, 2001)
7. Diagnosis
a.
Anamnesis
Dalam
anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor risiko
serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
b.
Pemeriksaan Fisik
Mioma
uteri ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus Pemeriksaan status
lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan pemeriksaan
luar tumpr yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
c.
Pemeriksaan penunjang
1)
Temuan Laboratorium
Anemia
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi.
2)
Imaging
a)
Pemeriksaan dengan USG ( Ultrasonografi ) transabdominal dan transvaginal
bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal
terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar
baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas
menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas
kontur maupun pembesaran uterus.
b)
Histeroskopi
Digunakan
untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika mioma kecil serta bertangkai.
Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat
c)
Histerosalfinografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke arah
kavum uteri pada pasien infertile
d) MRI ( Magnetic
Resonance Imaging )
Sangat
akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan likasi mioma tetapi jarang
diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat
dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang
dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma (Goodwin, 2009).
8.
Diagnosis banding
Diagnosis
banding mioma uteri adalah kehamilan, neoplasma ovarium, dan adenomyosis
(Achadiat, 2004)
9. Penatalaksanaan
a.
Konservatif
Penderita
dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi harus
diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12
munggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil
tindakan operasi.
b.
Medikamentosa
Terapi
yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara
menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan
terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
Preparat
yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin
Realising Hormon Agonis), progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen,
goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan amantadine
(Verala, 2003).
c.
Operatif
Pengobatan
operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri uterus.
Miomektomi,
adalah
pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat
dikerjakan misalnya pada mioma mioma submukosa pada mioma geburt dengan cara
ekstirpasi lewat vagina.
Histerektomi,
adalah
pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi total umumnya
dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
d. Embolisasi arteri
uterus (Uterin Artery Embolization / UAE),
adalah
injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang
nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri
setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak
dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya yang cepat.
e. Radiasi dengan
radioterapi
Radioterapi
dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi pada beberapa kasus.
10. Prognosis
Histerektomi
dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif. Myomectomi yang extensif dan
secara significant melibatkan miometrium atau menembus endometrium, maka
diharusken SC (Sectio caesaria) pada persalinan berikutnya. Myoma yang kambuh
kembali (rekurens) setelah myomectomi terjadi pada 15-40% pasien ,memerlukan tindakan
lebih lanjut.
11. Komplikasi
Komplikasi
yang sering terjadi pada mioma uteri:
- Degenerai ganas. Mioma uteri yang menjadi leiomasarkoma ditemukan hanya 0,32-o,6% dari seluruh mioma. Serta merupakan 30-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya beru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
- Torsi (putaran tangkai). Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut seingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidka terjadi.
- Nekrosis dan infeksi. Sarang mioma dapat mengalami nekrosi dan infeksi yang diperkirakan karena karena gangguan sirkulasi darah padanya.
No comments:
Post a Comment