Friday, May 24, 2013

Obgyn - Pemeriksaan Kanker Serviks



Diagnosis Kanker Serviks

1.         Blade cervix cytologic examination (Pap Smear)
Test Pap Smear: dinamakan sesuai dengan penemunya, Dr. George Papanicolaou (1883-1962) dari Yunani. Test ini digunakan menyingkapkan  infeksi, radang, atau sel-sel abnormal dalam serviks (leher rahim).
Test Pap smear dapat dilakukan di RS, klinik dokter kandungan ataupun laboratorium terdekat. Prosedurnya cepat (hanya memerlukan waktu beberapa menit) dan tidak menimbulkan rasa sakit.

Test Pap smear dapat dilakukan bila tidak dalam keadaan haid ataupun hamil. Sebaiknya tidak berhubungan intim minimal 3 hari sebelum pemeriksaan.
Gambar 1: dokter memasukkan (alat) speculum ke dalam liang vagina untuk menahan dinding vagina tetap terbuka.
Gambar 2: Cairan/lendir rahim diambil dengan mengusapkan (alat) spatula.
Gambar 3: Usapan tersebut kemudian dioleskan pada obyek-glass
Gambar 4: sample siap dibawa ke laboratorium patologi untuk diperiksa.

Jenis-Jenis Test Pap Smear:
  1. Test Pap smear konvensional. Seperti gambar diatas.
  2. Thin prep Pap.
Biasanya dilakukan bila hasil test Pap smear konvensional kurang baik/kabur. Sample lendir diambil dengan alat khusus (cervix brush), bukan dengan spatula kayu dan hasilnya tidak disapukan ke object-glass, melainkan disemprot cairan khusus untuk memisahkan kontaminan, seperti darah dan lendir sehingga hasil pemeriksaan lebih akurat.
  1. Thin prep plus test HPV DNA
Dilakukan bila hasil test Pap smear kurang baik. Sampel diperiksa apakah mengandung DNA virus HPV. 

PEDOMAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS:
  1. Para wanita harus mulai melakukan tes Pap smear sekitar 3 tahun setelah mereka mulai melakukan hubungan seks, tetapi tidak lebih tua dari usia 21 tahun.
  2. Pengujian harus dilakukan setiap tahun jika tes Pap smear biasa digunakan, atau setiap 2 tahun sekali jika Pap smear berbasis cairan digunakan.
  3. Dimulai pada usia 30 tahun, para wanita yang mempunyai hasil tes NORMAL sebanyak 3x berturut-turut mungkin dapat menjalani tes Pap smear setiap 2 sampai 3 tahun sekali. Pilihan lainnya untuk wanita di atas 30an adalah menjalani tes Pap smear setiap 3 tahun sekali plus tes HPV DNA.
  4. Wanita yang memiliki faktor resiko tertentu (seperti infeksi HIV atau punya imunitas lemah) harus mendapatkan tes Pap smear setiap tahun.
  5. Wanita usia 70 tahun atau lebih tua dengan hasil tes Pap NORMAL selama 3 tahun berturut-turut (dan tidak mempunyai hasil tes ABNORMAL dalam 10 tahun terakhir) dapat memilih untuk berhenti melakukan tes Pap smear ini. Tapi wanita yang telah menderita kanker serviks atau yang memiliki faktor risiko lain (seperti yang disebutkan di atas) harus terus melalukan tes ini selama mereka berada dalam kesehatan yang baik.
  6. Wanita yang pernah menjalani total histerektomi juga dapat memilih untuk berhenti melakukan tes Pap kecuali telah menjalani pembedahan untuk mengobati kanker serviks atau pra-kanker. Wanita yang pernah menjalani histerektomi sederhana (leher rahim tidak dihapus) harus tetap mengikuti pedoman di atas.
2.          Metode IVA
Untuk deteksi dini kanker serviks, selain test Pap Smear, metoda lain yang dapat menjadi pilihan adalah IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
IVA digunakan untuk mendeteksi abnormalitas sel serviks Anda setelah mengoleskan larutan asam asetat (asam cuka3-5%) pada leher rahim. Asam asetat menegaskan dan menandai lesi pra-kanker dengan perubahan warna agak keputihan (acetowhite change). Hasilnya dapat diketahui saat itu juga atau dalam waktu 15 menit.

Metode IVA mengandung kelebihan dibanding test Pap smear, karena sangat sederhana (dapat dilakukan di Puskesmas), hasilnya cukup sensitif dan harganya amat terjangkau.
pemeriksaan dengan metode IVA juga dapat dilakukan kapan saja, termasuk saat menstruasi, saat asuhan nifas atau paska keguguran. Bila hasilnya bagus, kunjungan ulang untuk tes IVA adalah setiap 5 tahun. 


3.  Yodium atau Schillen test
Tes Serviks atau vagina epitel skuamosa normalnya kaya akan glikogen, yang dapat menjadi warna cokelat setelah diberi cairan yodium, sedangkan serviks epitel kolumnar, erosi serviks, dan epitel skuamosa abnormal (termasuk metaplasia skuamosa, displasia, karsinoma in situ dan area karsinoma invasif) tidak ada glikogen, maka tidak berwarna. Dalam klinis serviks yang terpapar oleh spekulum vagina, setelah menyeka lendir permukaan, memoleskan larutan yodium, ke serviks dan forniks, bila ditemukan adanya daerah yodium-negatif abnormal, bisa melakukan biopsi dan pemeriksaan patologis untuk daerah ini.
3.  Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan  dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan pap smear yang abnormal.

Pemeriksaan dengan kolposkopi, merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi harus dilakukan Menurut statistik, biopsi dengan bantuan dari kolposkopi, akurasi diagnostik untuk kanker serviks dini dapat dicapai sekitar 98%. 


4.  Biopsi serviks dan kanalis servikalis
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan   kolposkopi. Biasanya , di persimpangan kolom skuamosa, serviks pada titik 6, 9, 12 dan 3. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi.

Pemeriksaan penunjang :
1.                  USG
2.                  Penanda tumor
3.                  Radiologic (foto thoraks)
4.                  Endoskopi (sistokopi , rektoskopi)
Cystoscopy: tabung tipis berlensa cahaya dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui uretra untuk mengetahui apakah kanker telah berkembang ke daerah ini. Sample biopsy juga bisa diambil sekaligus. Cystoscopy memerlukan anestesi bius total.
Proktoskopi: tabung tipis terang digunakan untuk memeriksa penyebaran kanker serviks ke area anus Anda.
5.              Laboratorium (cek darah lengkap)
6.                  MRI
7.                  CT SCAN
8.                  Bone scan
9.                  BNO, IVP

Ingat :

Dilarang meniru tanpa ijin. :)