Patogenesis
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
betina dan infeksi
pertama kali mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi tubuh
memberikan reaksi yang berbeda ketika seseorang mendapat infeksi yang berulang
dengan serotipe Virus Dengue yang berbeda. Hal ini merupakan dasar teori yang
disebut the secondary heterologous infection atau the sequential
infection hypothesis. Reinfeksi ini
akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan
kompleks antigen-antibodi (kompleks virus-antibodi) dengan konsentrasi tinggi.
Terdapatnya kompleks virus-antibodi di dalam sirkulasi darah mengakibatkan
hal sebagai berikut :
Ø
Kompleks virus-antibodi mengaktivasi
sistem komplemen, yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a
menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan meyebabkan
plasma keluar melalui dinding tersebut (plasma leakege), suatu keadaan
yang berperan pada terjadinya syok. Telah terbukti bahwa pada DSS, kadar C3a
dan C5a menurun masing-masing sebanyak 33% dan 89%. Meningginya nilai hematokrit pada kasus syok diduga
akibat kebocoran plasma melaui kapiler yang rusak ke daerah ekstravaskular
seperti rongga pleura, peritonium atau pericardium.
Ø Timbulnya agregasi trombosit yang
melepaskan ADP akan mengalami metamorfosis. Trombosit yang mengalami kerusakan
metamorfosis ini akan dimusnahkan oleh sistem retikuloendotelial dengan akibat
trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan terjadinya agregasi,
trombosit akan melepaskan amin vasoaktif yang bersifat meninggikan
permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang
koagulasi intravaskular
Ø Terjadinya aktivasi faktor Hageman
(faktor XII) dengan akibat terjadinya pembekuan intravaskular yang luas (DIC).
Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam
pembentukan anafilatoksin dan pengahancuran fibrin menjadi fibrin
degradation product. Di samping itu aktivasi ini juga merangsang sistem
kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding kapiler.
Organ sasaran dari virus adalah organ RES meliputi
sel kuffer hepar, endotel pembuluh darah, nodus limfaticus, sumsum tulang serta
paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa sel-sel monosit dan
makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi ini. Dalam peredaran darah, virus
tersebut akan difagosit oleh sel monosit perifer.
Setelah virus dengue masuk dalam tubuh manusia,
virus berkembang biak dalam sel retikuloendotelial ( hepar) yang selanjutnya
diikuiti dengan viremia yang berlangsung
5-7 hari. Akibat infeksi virus ini muncul respon imun baik humoral maupun
selular, antara lain anti netralisasi, anti-hemaglutinin, anti komplemen.
Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue
primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar antibodi yang
telah ada meningkat (booster effect).
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di
dalam darah sekitar demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai
dengan ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda
dengan kinetik kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus
dibedakan antara infeksi primer dan sekunder.
Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar
demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari
kedua. Oleh karena itu diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan
dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari sakit kelima, diagnosis infeksi
sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan
IgM yang cepat.
No comments:
Post a Comment